Minggu, 21 Juli 2019

DAGELAN PERCIL MENGHIBUR WARGA SINGOSARI

Siapa  netizen yang tidak tahu Dagelan Cak Percil, mulai dari anak kecil sampai orang tua banyak yang mulai mengenal naanya di dunia hiburan 'bergenre' Ketoprak dagelan dan Wayang.
Kemarin malam Dagelan Muda ini tampil dilapangan pagas Singosari. Anak-ana hingga orang tua terlihat sangat terhibur dengan banyolan-banyolan yang dibawakan grup Cak Percil. Mereka bahkan rela menunggu lama sambil duduk dilapangan depan panggung dan bahkan ketika pulang mereka banyak yang masih setia menonton hingga menit-menit akhir. termasuk kami.
 

Aksi panggung yang ditampilkan mulai dari awal acara juga terkesan spektakuler dengan berhiaskan lampu panggung yang tidak kalah meriah dibanndingkan aksi panggung para artis dari ibu kota.


Rabu, 17 Juli 2019

KISAH SINGHASARI DALAM SANDIWARA RADIO ' TUTUR TINULAR '

    Tutur Tinular berasal dari bahasa Jawa yang berarti "nasihat atau petuah yang disebarluaskan". Tutur Tinular adalah judul sebuah sandiwara radio yang sangat legendaris karya S. Tidjab.
   Tutur Tinular adalah judul sebuah sandiwara radio yang sangat legendaris karya S. Tidjab. Kisah ini menceritakan tentang perjalanan hidup dan pencarian jati diri seorang pendekar yang berjiwa ksatria bernama Arya Kamandanu akan keagungan Tuhan Yang Maha Esa, suatu kisah dengan latar belakang sejarah runtuhnya Kerajaan Singhasari dan berdirinya Kerajaan Majapahit.
google.com, pub-6315503453843967, DIRECT, f08c47fec0942fa0 Sandiwara radio ini pertama kali mulai disiarkan pada 1 Januari 1989 dan dipancarluaskan lebih dari 512 stasiun radio di seluruh Indonesia, yang tergabung dalam Persatuan Radio Siaran Swasta Nasional Indonesia PRSSNI.
Tutur Tinular berkisah tentang seorang pemuda Desa Kurawan bernama Arya Kamandanu, putra Mpu Hanggareksa, seorang ahli pembuat senjata kepercayaan Prabu Kertanagara, raja Kerajaan Singhasari. Pemuda lugu ini kemudian saling jatuh hati dengan seorang gadis kembang desa Manguntur bernama Nari Ratih, putri Rakriyan Wuruh, seorang bekas kepala prajurit Kerajaan Singhasari. Namun hubungan asmara di antara mereka harus kandas karena ulah kakak kandung Kamandanu sendiri yang bernama Arya Dwipangga.

Kepandaian dan kepiawaian Dwipangga dalam olah sastra membuat Nari Ratih terlena dan mulai melupakan Kamandanu yang polos. Cinta segitiga itu akhirnya berujung pada peristiwa di Candi Walandit, di mana mereka berdua (Arya Dwipangga dan Nari Ratih) yang sedang diburu oleh api gelora asmara saling memadu kasih hingga gadis kembang desa Manguntur itu hamil di luar nikah.
Kegagalan asmara justru membuat Arya Kamandanu lebih serius mendalami ilmu bela diri di bawah bimbingan saudara seperguruan ayahnya yang bernama Mpu Ranubhaya. Berkat kesabaran sang paman dan bakat yang dimilikinya, Kamandanu akhirnya menjadi pendekar muda pilih tanding yang selalu menegakkan kebenaran dilandasi jiwa ksatria.
Kisah Tutur Tinular ini diselingi berbagai peristiwa sejarah, antara lain kedatangan utusan Kaisar Kubilai Khan, penguasa Dinasti Yuan di negeri Tiongkok, yang meminta Kertanagara sebagai raja di Kerajaan Singhasari menyatakan tunduk dan mengakui kekuasaan bangsa Mongolia. Namun utusan dari Mongolia tersebut malah diusir dan dipermalukan oleh Kertanagara.
Sebelum para utusan kembali ke Mongolia, di sebuah kedai makan terjadilah keributan kecil antara utusan kaisar yang bernama Meng Chi dengan Mpu Ranubhaya, Mpu Ranubhaya berhasil mempermalukan para utusan dan mampu menunjukkan kemahirannya dalam membuat pedang, karena tersinggung dan ketertarikannya terhadap keahlian Mpu Ranubhaya tersebut, kemudian dengan cara yang curang para utusan tersebut berhasil menculik Mpu Ranubhaya dan membawanya turut serta berlayar ke Mongolia, sesampainya di negeri Mongolia di dalam istana Kubilai Khan, Mpu Ranubhaya menciptakan sebuah pedang pusaka bernama Nagapuspa sebagai syarat kebebasan atas dirinya yang telah menjadi tawanan. Namun pada akhirnya pedang Naga Puspa tersebut malah menjadi ajang konflik dan menjadi rebutan di antara pejabat kerajaan. Akhirnya untuk menyelamatkan pedang Naga Puspa dari tangan-tangan orang berwatak jahat, Mpu Ranubhaya mempercayakan Pedang Nagapuspa tersebut kepada pasangan pendekar suami-istri yang menolongnya, bernama Lo Shi Shan dan Mei Shin di mana keduanya kemudian menjadi pelarian, berlayar dan terdampar di Tanah Jawa dan hidup terlunta-lunta. Sesampainya di Tanah Jawa pasangan suami istri ini akhirnya bertemu dengan beberapa pendekar jahat anak buah seorang Patih Kerajaan Gelang-gelang bernama Kebo Mundarang yang ingin menguasai Pedang Naga Puspa hingga dalam suatu pertarungan antara Lo Shi Shan dengan Mpu Tong Bajil (pimpinan pendekar-pendekar jahat) Lo Shi Shan terkena Ajian Segoro Geni milik Mpu Tong Bajil, setelah kejadian pertarungan beberapa hari lamanya Pendekar Lo Shi Shan hidup dalam kesakitan hingga akhirnya meninggal di dunia disebuah hutan dalam Candi tua, sebelum meninggal dunia yang kala itu sempat di tolong oleh Arya Kamandanu, Lo Shi Shan menitipkan Mei Shin kepada Arya Kamanadu
Mei Shin yang sebatang kara kemudian ditolong Arya Kamandanu. Kebersamaan di antara mereka akhirnya menumbuhkan perasaan saling jatuh cinta. Namun lagi-lagi Arya Dwipangga merusak hubungan mereka, dengan cara licik Arya Dwipangga dapat menodai perempuan asal daratan Mongolia itu sampai akhirnya mengandung bayi perempuan yang nantinya diberi nama Ayu Wandira. Namun, meski hatinya hancur, Kamandanu tetap berjiwa besar dan bersedia mengambil perempuan dari Mongolia itu sebagai istrinya.
Saat itu Kerajaan Singhasari telah runtuh akibat pemberontakan Prabu Jayakatwang, bawahan Singhasari yang memimpin Kerajaan Gelang-Gelang. Tokoh ini kemudian membangun kembali Kerajaan Kadiri yang dahulu kala pernah runtuh akibat serangan pendiri Singhasari. Dalam kesempatan itu, Arya Dwipangga yang menaruh dendam akhirnya mengkhianati keluarganya sendiri dengan melaporkan ayahnya selaku pengikut Kertanagara kepada pihak Kadiri dengan tuduhan telah melindungi Mei Shin yang waktu itu menjadi buronan. Mpu Hanggareksa pun tewas oleh serangan para prajurit Kadiri di bawah pimpinan Mpu Tong Bajil. Sebaliknya, Dwipangga si anak durhaka jatuh ke dalam jurang setelah dihajar Kamandanu. Kemudian Kamandanu kembali berpetualang untuk mencari Mei Shin yang lolos dari maut sambil mengasuh keponakannya, bernama Panji Ketawang, putra antara Arya Dwipangga dengan Nari Ratih.
Petualangan Kamandanu akhirnya membawa dirinya menjadi pengikut Raden Wijaya (Nararya Sanggrama Wijaya), menantu Kertanagara. Tokoh sejarah ini telah mendapat pengampunan dari Jayakatwang dan diizinkan membangun sebuah desa terpencil di hutan Tarik bernama Majapahit. Dalam petualangannya itu, Kamandanu juga berteman dengan seorang pendekar wanita bernama Sakawuni, putri seorang perwira Singhasari bernama Banyak Kapuk.
Nasib Mei Shin sendiri kurang bagus. Setelah melahirkan putri Arya Dwipangga yang diberi nama Ayu Wandira, ia kembali diserang kelompok Mpu Tong Bajil. Beruntung ia tidak kehilangan nyawa dan mendapatkan pertolongan seorang tabib Tiongkok bernama Wong Yin.
Di lain pihak, Arya Kamandanu ikut serta dalam pemberontakan Sanggrama Wijaya demi merebut kembali takhta tanah Jawa dari tangan Jayakatwang. Pemberontakan ini mendapat dukungan Arya Wiraraja dari Sumenep, yang berhasil memanfaatkan pasukan Kerajaan Yuan yang dikirim Kubilai Khan untuk menyerang Kertanagara. Berkat kepandaian diplomasi Wiraraja, pasukan Mongolia itu menjadi sekutu Sanggrama Wijaya dan berbalik menyerang Jayakatwang.
Setelah Kerajaan Kadiri runtuh, Sanggrama Wijaya berbalik menyerang dan mengusir pasukan Mongolia tersebut. Arya Kamandanu juga ikut serta dalam usaha ini. Setelah pasukan Kerajaan Yuan kembali ke negerinya, Sanggrama Wijaya pun meresmikan berdirinya Kerajaan Majapahit. Ia bergelar Prabu Kertarajasa Jayawardhana.
Kisah Tutur Tinular kembali diwarnai cerita-cerita sejarah, di mana Kamanadanu turut menyaksikan pemberontakan Ranggalawe, Lembu Sora dan Gajah Biru akibat hasutan tokoh licik yang bernama Ramapati. Di samping itu, kisah petualangan tetap menjadi menu utama, antara lain dikisahkan bagaimana Kamandanu menumpas musuh bebuyutannya, yaitu Mpu Tong Bajil, serta menghadapi kakak kandungnya sendiri (Arya Dwipangga) yang muncul kembali dengan kesaktian luar biasa, bergelar Pendekar Syair Berdarah.
Kisah Tutur Tinular berakhir dengan meninggalnya Kertarajasa Jayawardhana, di mana Arya Kamandanu kemudian mengundurkan diri dari Kerajaan Majapahit dengan membawa putranya yang bernama Jambu Nada, hasil perkawinan kedua dengan Sakawuni yang meninggal setelah melahirkan, dalam perjalanan menuju lereng Gunung Arjuna inilah Arya Kamandanu bertemu dengan Gajah Mada yang waktu itu menyelamatkan putranya ketika masih berumur 40 hari yang terjatuh ke jurang karena lepas dari gendongannya akibat terguncang-guncang diatas kuda. Tutur Tinular kemudian berlanjut dengan sandiwara serupa berjudul Mahkota Mayangkara.


    **** SELAMAT MENDENGARKAN****


EPSODE 1.
 PELANGI DIATAS  KURAWAN

SERI KE- 1 - 6

SERI KE 7 - 12

SERI 13 - 18

SERI 19-24 

SERI 25 - 30 . DATANGNYA PASUKAN TAR TAR KE TANAH JAWA


EPSODE 2. KISAH DARI SEBERANG LAUTAN
SERI 31-36

SERI 37-42. Persiapan Kerajaan Kediri menyerangSinghasari. Jayakatwang dipengaruhi Aryawiraraja


Seri ke 40. Persiapan Kerajaan Kediri menyerangSinghasari. Jayakatwang dipengaruhi Aryawiraraja

 

SERI 43 - 48. PASUKAN SINGHASARI DIKEPUNG PASUKAN GELANG GELANG


SERI 49 - 54


SERI 55 - 60


S. Tidjab (lahir di Surakarta, 14 Mei 1946 – meninggal di Depok, 1 Maret 2019 pada umur 72 tahun) adalah seorang penulis sandiwara radio, cerita, dan skenario film maupun sinetron asal Indonesia. Ia dikenal sebagai penulis sandiwara radio, seperti Tutur Tinular, Mahkota Mayangkara, Kaca Benggala, dan Kidung Keramat yang populer pada tahun 1980-an. Dialog-dialog sandiwara radio yang ia tulis disebut benar-benar hidup sehingga bisa membawa pendengarnya masuk ke dalam latar belakang cerita zaman sandiwara radio tersebut

S. Tidjab



Selasa, 16 Juli 2019

Terkendala Administrasi, KEK Singosari Mandek


Foto : Tomie Herawanto, kepala bappeda kab malang

   Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Singosari, yang direncanakan oleh pemerintah Kabupaten Malang masih belum bisa dilakukan pembangunannya dan masih harus bersabar menunggu. Walaupun berbagai tahapan telah dilalui oleh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang, akan tetapi pengembang KEK Singosari belum bisa melaksanakan rencana pembangunan tahap I karena masih terkendala administrasi berupa tanda tangan dari kementrian masih ada yang belum, yakni dari kementrian perindustrian.

   Tanda tangan menteri perindustrian sebagai bagian dari salah satu rekomendasi yang wajib ada dalam melaksanakan pembangunan KEK Singosari.

   Tomie Herawanto, kepala Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kabupaten Malang membenarkan hal tersebut, dia mengatakan bahwa seluruh proses telah dilalui dalam rencana pembangunan KEK Singosari tahap I.

"Naskah akademik untuk PP (peraturan pemerintah) sudah di meja presiden. Tapi belum bisa diproses karena ada rekomendasi yang belum keluar. Yakni, terkait rekomendasi dari Kementerian Perindustrian. Pak Menteri belum tanda tangan," ujarnya, Senin 15/07/2019
Tomie mengatakan, bahwa dalam mewujudkan pembangunan KEK, terdapat 15 kementerian yang terlibat dalam penyusunan PP. Seluruh kementerian itu wajib memberikan rekomendasi terkait rencana KEK.

"Tanpa adanya satu rekomendasi, KEK masih belum bisa dibangun. Ini pula yang terjadi di kita," ujarnya.

Tomie menyampaikan, dari hasil koordinasi yang dilakukan oleh Pemkab Malang, ternyata ada persyaratan administratif yang belum dipenuhi. Persyaratan tersebut salah satunya adalah terkait regulasi yang belum ada. Yakni, regulasi mengenai industri kreatif yang ternyata meleset dari perencanaan terdahulu.

   Tomie menyampaikan, KEK Singosari mengusung tiga sektor nantinya, yaitu pariwisata, technopark dan industri kreatif, ternyata membutuhkan seluruh regulasi yang ada sebagai bagian dalam penyusunan PP KEK Singosari.

"Tadinya kami berharap penyusunan regulasi untuk industri kreatif bisa dilakukan bersamaan dengan penyusunan PP. Tapi ternyata tidak bisa. Sehingga regulasi untuk industri kreatif yang belum terpenuhi," pungkasnya. (*)

Rabu, 03 Juli 2019

HASIL PILKADES SEREMPAK di Singosari


Setelah tuntasnya Pemilihan Presiden dan Legeslatif di Kabupaten Malang, bulan ini Masyarakat desa di Kabupaten Malang disibukkan kembali dengan persiapan Pemilihan kepala Desa , termasuk yang akan dilangsungkan di beberapa desa dii wilayah Kecamatan Singosari.



Berikut daftar desa yang akan melaksanakan Pilkades serempak beserta nama para bakal calon kep[ala Desa  Sekecamatan Singosari yang sudah memenuhi persyaratan administrasi, antara lain :
  
DESA WONOREJO
1. Poniman
2. Yunus Fauzan
3. Tasrip
4. Nuryadi
5. Samsul Hadi


DESA DENGKOL
1. Supriyadi
2. Agus Afandi
3. Sutrisno
4. Nurudin
5. Khoiron
6. Syamsul Arifin
7. Kasto

DESA BATURETNO
1. Mofit, SE
2. Solehan
3. Sugiantoro

DESA TAMANHARJO
1. Sumardi
2. Hariyono

DESA WATUGEDE
1. Solikan
2. Drs. Achmad Janaidi
3. Slamet Muliono

DESA BANJARARUM
1. Supriadi
2. Risma Yanti
3. Kasiadi
4. Za’fari
5. Muhammad Ainul Yaqin

DESA TUNJUNGTIRTO
1. Musrofin
2. Ekowati Sadnawa S
3. Hanik Dwi Martya P
4. Muhammad Fajar

DESA LANGLANG
1. Novi Dwi Jayanti
2. Eko Maulana Fadli
3. Yulianto
4. Anton Dwi Cahyono

DESA GUNUNGREJO
1. Rohmad
2. Suryono
3. Zurohmi
4. Muhammad
5. Samsul Hadi
6. Sampiono

DESA TOYOMARTO
1. Moh. Nari
2. Tekad Ansori
3. Mufidz
4. Sumito, SH
.
DESA RANDUAGUNG
1. Ahmad Muhajir
2. Supriono, SPD
3. Ahmad Mujiono
4. Hendro Setya Adji
5. M Fauziatul Ulum
6. Agustino
7. Agus Salim Yudianto
8. Subadi
9. Rohmat Dwi Sampurno
10. Sulaiman Hadi

Pilkades tersebut telah dilaksanakan serempak setelah Hari Raya Idul Fitri bersama sama Desa lain se Kabupaten Malang
Berikut Rekaman suasana PILKADES di : Gunungrejo,Langlang,Tunjungtirto,Banjararum,Watugede,Tamanharjo,Wonorejo,Dengkol,Baturetno,Randuagung dan Toyomarto . Sopoae sing dadi Kades,Semoga Amanah dan bisa menjadikan desanya lebih baik sesuai yang di cita-citakan bersama.


Hasil PILKDES 2019 kec.Singosari
1. Wonorejo ... *Samsul Hadi*
2. Dengkol ... *Agus Afandi*
3. Baturetno ... *Solekhan*
4. Tamanharjo ... *Sumardi*
5. Watugede ... *Ach. Djunaedi*
6. Banjararum... *Zafari*
7. Tunjungtirto *Hanik*
8. Gunungrejo ...Samsul hadi
9. Langlang ... *Yulianto*
10.Toyomarto ... *Sumito*
11. Randuagung ... *Subadi*
Update... 👍

Jika membandingkan politik kancah nasional dengan pedesaan jelas sangatlah berbeda. Tentu bagi saya lebih menarik politik pedesaan. Mengapa demikian? Karena jumlah lingkup pemilih yang kecil membuat politik pedesaan sangat berasa secara langsung bagi masyarakat. Oleh sebab itu tentang obrolan-obrolan di tongkrongan dengan tetangga pun harus berhati-hati. Jangan sampai menyakiti dan menyinggung calon kepala desa pilihan hati tetangga.
Bagi dan menurut saya, dunia perpolitikan kelas pedesaan merupakan kontestasi politik yang sesungguhnya. Sebab, antara calon dan pemilih bersentuhan secara langsung. Bahkan tidak-tanduk calon itupun sudah dikenali oleh pemilih (masyarakat) dengan baik. Bisa dikatakan bahwa demokrasi sebetulnya ada di desa. Aroma pemilu pun sangat terasa jika Pilkades akan berlangsung.
Orang-orang berlomba menjadi suksesor calon tersebut. Tentunya karna sudah membudaya, antara simpati politik, uang bahkan ikatan sodara. Tetapi tidak jarang banyak orang desa memlih karena uang, di samping kecintaan pada calon itu sendiri.
Tetapi di balik uang yang lumrah dalam politik desa. Ada sajian yang berbeda dari politik desa, yaitu kesediaan masyarakat untuk  bertamu kepada setiap calon. Sebab di desa masih terjaga tradisi, calon kades membuka rumahnya setiap malam menjelang Pilkades. Tradisi seperti ini merupakan tradisi turun-temurun yang masih berlangsung sebagai budaya politik pedesaan. Tidak peduli dengan suka atau tidak sukanya kepada calon tersebut. Mayoritas masyarakat seperti bebas tidak  terbebani pilihan politiknya terhadap salah satu calon tersebut.
Dan uniknya masyarakat membawa lawuh medang-nya sendiri untuk bawaan mereka bertamu ke rumah calon kepala desa. Lawuh medang adalah kumpulan berbagai jenis sembako yang biasa digunakan sebagai sajian layaknya jamuan bertamu. Sembako tersebut biasanya terdiri dari gula, teh dan cemilan-cemilan khas desa seperti kripik tempe, klanting dan sebagainya. Pemandangan seperti inilah yang mencairkan suasana dan sulit ditebaknya calon mana yang akan menang dalam pengumutan suara nanti.
Tidak jarang bumbu-bumbu yang disajikan pun berbeda jauh dengan kancah perpolitikan nasional. Politik pedesaan menurut saya menarik karna dominan pada faktor mistiknya. Sebab di desa tidak ada tim sukses yang akan berbicara program-program layaknya kontestasi politik nasional. Apalagi dengan survei-survei ekstabilitas dari calon-calonnya, sudah dipastikan belum pernah ada dari mimbar politik desa. Mungkin suatu saat jika zaman telah maju, perpolitikan desa pun akan ada ekstabilitas untuk urusan-urusan ini.
Tetapi jika ada survei, siapa yang akan memenangi Pilkades, biasanya dilakukan para gento dari dalam atau luar desa sendiri. Kelas gento adalah mereka para penjudi yang memanfaatkan momentum pemilihan kepala desa sebagai ajang penjudian yang sangat menarik.
Mengapa menarik? Karna bahan perjudian mereka adalah statistika yang bahannya dari perkiraan survei jumlah pemilih informasi agen-agen rahasia para gento itu sendiri. Bahkan perjudian bisa menyentuh puluhan bahkan jika para gento berani bisa ratusan juta
sangat sulit bahkan tidak ada argumentasi logis, tentang isu yang besar dan diperdebatakan. Hanya saja di ruang-ruang tongkrongan kampung obrolan hanya berkutat argumentasi mistis yang sama sekali jauh dari rasional. Memang wajar karna berpolitik dalam desa tidaklah perlu terlalu berpikir ide, ekonomi dan tetek bengeknya seperti berpolitik skala nasional tertera dalam debat pilpres.
Oleh sebab itu pendekatan mistis sangat terasa jika akan diadakan Pilkades. Karna pemilih desa bukanlah pemilih yang cenderung berpikir. Bukan tidak ada yang berpikir tetapi hanya beberapa dari keseluruhan.
Pemilih desa dominan suka pada calon, terkadang ada pula dominan tanda-tanda hitung-hitungan mistik sebagai dasar dia memilih. Berbeda dengan nasional yang hanya berkutat pada penggiringan opini di media-media besar untuk menarik simpati pemilih.
Inilah yang membuat Pilkades lebih menarik dari Pilpres. Tidak ada ukuran ekstabilitas calon, tidak ada kekutan modal, karna semua calon sudah dipastikan bermodal. Menurut saya, politik desa adalah politik uang tetapi uang tidak menjajikan kemenangan calon kades itu sendiri. Rata-rata setiap keluarga menerima uang dari semua calon.

Tarik ulur waktu pelaksanaan pilihan kepala desa (pilkades) tahun 2019, akhirnya tersepakati. Pilkades tahun 2019 ini  digelar tanggal 30 Juni, maju dari yang direncanakan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Malang yaitu bulan Oktober.
Ketetapan pelaksanaan pilkades di 267 desa tersebut, disampaikan secara langsung oleh Didik Budi Muljono Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Malang, Jum’at (08/02/2019) seusai rapat koordinasi persiapan pilkades serentak.
“Atas berbagai pertimbangan, kita sepakati untuk pelaksanaan pilkades serentak tahun ini akan digelar tanggal 30 Juni 2019. Tanggal pilkades serentak itu bertepatan dengan hari libur sekaligus pilpres juga telah usai,” kata Didik.
Salah satu pertimbangan diajukannya waktu pilkades serentak tersebut adalah terkait pengamanan yang akan melibatkan personel kepolisian dan TNI. Selain evaluasi dari pilkades sebelumnya. Dimana, menurut Didik bahwa waktu yang ditentukan tersebut telah cukup longgar bagi pihak kepolisian dan TNI dalam melakukan pengamanan.
“Sedangkan mengenai evaluasi pilkades tahun lalu adalah mengenai banyaknya protes terkait hasilnya. Tapi semua bisa diselesaikan,” ujar Didik yang optimis pelaksanaan Pilkades Serentak 2019 di Kabupaten Malang bisa berjalan lancar, aman dan terkendali.
Finalisasi jadwal pilkades serentak tersebut, sebenarnya telah mencuat dari DPRD Kabupaten Malang yang meminta pelaksanaannya dilakukan di bulan Juli 2019. Pengajuan jadwal tersebut didasarkan pertimbangan masa jabatan penjabat sementara yang tidak akan terlalu lama apabila dilakukan di bulan Oktober 2019 seperti yang pertama kali disampaikan.
“Kita sarankan Juli waktu itu. Tapi dengan ditetapkannya di bulan Juni datang, saya pikir itu lebih baik,” ucap Didik Gatot Subroto politisi dari PDI Perjuangan ini.
Alasan lain pihak DPRD Kabupaten Malang saat itu, apabila dilakukan di Oktober 2019 adalah mengenai kesibukan anggota dewan di bulan tersebut. Dimana, biasanya di akhir tahun anggota DPRD sedang direpotkan dengan penyelesaian berbagai program legislasi daerah (prolegda).
“Hal ini tentunya akan membuat dewan fokus dalam proses tersebut. Bulan Juli yang kita sarankan, dengan alasan belum ada kegiatan signifikan di parlemen,” ujarnya.
Sedangkan di bulan Agustus merupakan fase pelantikan anggota DPRD periode 2019-2024. Biasanya dilanjut dengan penyusunan tata tertib dan kode etik. “Artinya kita tidak bisa melakukan aktivitas apa-apa di luar itu,” pungkas Didik.