Rabu, 23 September 2020

Potensi Wisata Budaya dan Religi di Singosari

 

Kota Singosari memiliki potensi cukup besar untuk menjadi kota wisata Heritage dan berbasis budaya yg religius.
Dari beberapa kegiatan seni dan budaya di masa pandemi dalam bulan ini saja sudah cukup mengundang banyak orang, mulai dari kegiatan rutin bulan Suro, tiap desa, bahkan tiap dusun sudah cukup menarik warga berduyun" turun ke lapangan.
Karena kegiatan luar rumah masih dibatasi, momentum ini setidaknya bisa kita manfaatkan untuk belajar membangun kebersamaan dan merencanakan sebuah event di masa depan yg berpotensi jauh lebih "menggelegar" lagi.
Singosari seakan sulit untuk dipisahkan dari budaya yg sudah mengakar sejak jaman leluhur.
Jaran kepang di Desa Dengkol, Tirta Amertasari di Sumberawan, Bersih Deso di Watugede, hingga kemarin acara Memetri Bhumi Singhasari di Pendopo Musium Singhasari berhadil menyatukan banyak elemen masyarakat untuk bersama berdo'a lintas agama. Terasa betul bhinneka tunggal Ika hadir disini.
Holistik... Bukankah itu sudah menjadi isyarat penting untuk menjadikan Singosari sebagai kota wisata berbasis Budaya?
Pantas pantas saja kalau suatu saat Singosari dicanangkan sebagai Kota wisata atau merujuk dari ungkapan" guna melanjutkan deklarasikan oleh saudara" kita untuk memoles Singosari sebagai Kota Santri yang berbudaya .
Begitu juga keberadaan kegiatan wisata religi, dalam masa pandemi ini sepertinya banyak yang mendekatkan diri kepada Tuhan. Berbagai ritual keagamaan masih dilakukan walaupun dg memakai prokes. Termasuk berziarah ke makam para Ulama Sesepuh untuk memanjatkan doa seperti di pemakaman Bungkuk, Keramat dan Kadipaten (menyusul)
Belum lagi di bulan Maulud nanti , jika tidak ada aral melintang tentunya akan ada event keagamaan lagi seperti misalnya Gerebeg Maulid di desa Gunungrejo.
Perpaduan wisata budaya dan religi yang harmoni , Begitulah yg kami rasakan selama mengikuti kegiatan dalam triwulan ini di Singosari.
 kita jangan hanya terlena oleh romantisme sejarah kejayaan masa lalu singhasari, tapi kita harus bisa menciptakan sejarah kejayaan baru untuk dikenang generasi kita dimasa depan. 🙏
Wahai para pendekar aktivis, nasionalis, jurnalis, tokoh masyarakat sampai pelaku event organizer, muncullah😎🙏 Monggo ditambahi ide" lain. Kita konsep bersama" berkolaborasi menata Singosari dari sudut wisata dan budaya. Kalau bukan kita siapa lagi? 















 
(Bersambung bro.. )

Wahid Foundation bekerja sama dengan Kelurahan Candirenggo menggelar SEMINAR AKSI DAMAI

 

         Pada hari Selasa 23 /9/ 2020 telah dilaksanakan kegiatan SEMINAR AKSI DAMAI di balai gedung sebaguna Kel. Candirenggo , Singosari, Kab. Malang. Acara bertajuk Bertajuk *Gerakan Bersama Sehat Aman Tertib Rukun " yang disingkat GEBER SANTUN oleh panitia ini di gagas oleh WAHID Foundation bekerjasama dengan Peace Village dan UN WOMEN
Acara dihadiri sekitar 65 orang dan menghadirkan beberapa nara sumber.
         Selain mematuhi protokol kesehatan yang dianjurkan pemerintah, Semua yang hadir dalam seminar mengikuti dengan tertib semua paparan yang di sampaikan oleh para narasumber.


    Acara dibuka oleh Camat Singosari, Hari Kristanto, S.sos, MSI, dan di hibur oleh grup kesenian karawitan Kendedes7 yang melantunkan tembang" Jawa di sela sela seminar.

 

        Dalam sambutan pembukaannya, Camat Singosari mengapresiasi kelurahan Candirenggo dan 3 desa lainnya di Jawa Timur menjadi pilot project untuk kegiatan ini, dia juga berharap dengan adanya seminar ini akan lebih menjadikan Singosari, khususnya kelurahan Candirenggo akan tetap sehat, aman, tertib dan rukun selama dalam masa pandemi Covid-19. Apalagi sekarang menjelang Pilkada, masyarakat harus tetap menjaga kerukunan walaupun pilihannya berbeda.
         "Saya berharap Singosari masih menjadi wilayah yang bisa menjaga kerukunan menjelang Pilkada dan juga semua bisa menjaga kesehatan masing masing, karena Singosari sempat menjadi wilayah terpapar covid yg cukup tinggi, sebanyak 38 orang meninggal dunia", terang Camat Hari.
Narasumber yang hadir antara lain: 
. Rustamaji , memberikan materi Bintal Pancasila dan pemberdayaan masyarakat.

. Polsek Singosari memberikan materi tentang Trantib dan keamanan selama masa pandemi
. Dinas Pemberdayaan Perempuan & Perlindungan Anak Kab. Malang yang telah menjalin kerjasama 
 memberikan pelatihan" dan bimbingan kepada kelompok binaan dari WAHID foundation memberikan materi khusus pemberdayaan perempuan
 
       Di sela sela acara, beberapa perwakilan dari kelompok binaan Wahid Foundation menyatakan senang dan bangga bisa bergabung menjadi anggotanya karena di kelompok binaan ini tidak membeda bedakan kelompok agama manapun, tentunya ini menjadi poin penting dalam berkegiatan di suatu wadah masyarakat terkecil di tingkat kelurahan..

 
 

Senin, 25 Mei 2020

Agus Pencak , Live Legend Seni Bela diri Silat Singosari

Disela sela jaga malam dalam suasana COVID 19 , mendengar cerita dari Pak De Agus pencak cukup banyak menambah wawasan mengenai budaya dan sejarah Singosari, mulai dari asal mula tradisi Topeng di jaman Singhasari klasik , Keikut sertakan beliau dlm kesenian Bantengan yg dipentaskan hingga ke Melbourne, Australia, hingga pentingnya meng explore alam sekitar untuk dipakai sebagai bahan atraksi pertunjukan" budaya menjadi cukup menarik malam ini.
Sayang beliau tidak bisa membukukan pengalaman dan wawasannya sendiri karena terlalu sibuk dengan proses keseharian sebagai orang lelaku.
Dan menjadi kisah yg menyedihkan ketika ada 'fase' saat beliau harus dipecat sebagai guru karena tidak mau mencoblos partai tertentu di era orde baru. Bahkan pangkatnya turun, Ijazah sarjana pendidikan yg diraihnya dari IKIP kini seperti tidak laku lagi. dari guru sejarah dan kesenian menjadi penjaga sekolah di SMP Negeri di Singosari dan Satpam peternakan ayam di lereng gunung Arjuno yang dingin dan terpencil dari keramaian Kota Singosari yang selalu dibanggakannya sampai diluar sana...
Pengalamannya Sebagai seorang kader organisasi Islam, bahkan pernah dikirim ke Sampit pada peristiwa permasalahan antar suku.... stop,cerita yang ini kayaknya nggak lolos sensor untuk di publikasi.
Beliau ini pelaku sejarah dan budaya yang masuk dalam kategori live Legend menurut saya,
Masuk menjadi mahasiswa di tahun 1972 , menjadi guru SMP, di jatuhkan, bangkit , survive menjadi Satpam, aktif dalam organisasi , menjalani hidup sebagai orang lelaku budaya dan spiritual, sepertinya sudah layaklah kalo perjalanan" untuk di arsipkan dalam sejarah lokal dan menjadi bahan yang menarik untuk dipelajari oleh generasi selanjutnya.
Saya bahkan baru tahu kalau beliau pernah satu panggung dengan ayah saya dalam suatu pentas seni .
wow, What an amazing story' We've just heard ....
Satu pesan yg akan saya ingat, "Hilangkan dulu rasa sakit hati dan mudah tersinggung kalau mau belajar dan bertahan di budaya"..