Minggu, 23 Oktober 2016

Nasib Artefak peninggalan Singhasari

Artefak Peninggalan Kerajaan Singhasari
artefak/ar·te·fak/ n Ark 1 benda-benda, seperti alat, perhiasan yang menunjukkan kecakapan kerja manusia (terutama pada zaman dahulu) yang ditemukan melalui penggalian arkeologi; 2 benda (barang-barang) hasil kecerdasan manusia, seperti  Bangunan, perkakas, senjata (Kamus Besar Bahasa Indonesia)
    Mencari tahu keberadaan artefak kuno peninggalan prasejarah adalah sesuatu ang menarik bagi arkeolog atau siapapun yang mempelajari sejarah, termasuk artefak yang tidak tercatat dalam buku-buku sejarah.
    Zaman prasejarah banyak meninggalkan benda-benda atau alat-alat hasil kebudayaan manusia.
Kebanyakan pada Zaman prasejarah meninggalkan benda-benda artefak yang terbuat dari batu,tanah liat dan perunggu.
  Kali ini kami akan membahas tentang artefak bangunan dan arca arca batu yang berhasil kami himpun melalui hunting 
 


   Berikut Benda benda Artefak Zaman Singhasari : 
1. Candi Singosari
 Berlokasi di Jl. Kertanegara , Singosari. Kondisi pertamakali diambil gambar  pada era kekuasaan Pemerintah Belanda , pemugaran dan kondisi sekarang.



2 .Candi Sumberawan
Berlokasi di Dusun Sumberawan , Desa Toyomarto



3. Arca Dwarapala
Berlokasi di Desa Candirenggo  Singosari
Dipercaya sebagai pintu gerbang kerajaan





4.Prasasti Candirenggo
Keberadaannya sekarang berada di Musium Leiden , Belanda




5. Prasasti : SINGHASARI – 1351

Lokasi Penemuan : Kecamatan SINGOSARI, Kabupaten MALANG, JAWA-TIMUR
Koleksi :
MUSEUM NASIONAL INDONESIA (Museum Gajah)
Jalan Medan Merdeka Barat no.12,
Bahan : Batu Andesit
Era : Kerajaan MAJAPAHIT (WILWATIKTA)
Tahun Penerbitan : 1278 Saka atau 1351 Masehi
Aksara : JAWI (Jawa Kawi) dalam 17 Baris
Isi dari Prasasti :
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.
Salinan dalam Bahasa Aslinya :
1. / 0 / ‘i śaka ; 1214 ; jyeṣṭa māsa ; ‘irika diwaśani
2. kamoktan. pāduka bhaṭāra sang lumah ring śiwa buddha /’ ; /’ swa-
3. sti śri śaka warṣatita ; 1273 ; weśaka māsa tithi pratipā-
4. da çuklapaks.a ; ha ; po ; bu ; wara ; tolu ; niri tistha graha-
5. cara ; mrga çira naks.atra ; çaçi dewata ; bâyabya man.d.ala ;
6. sobhanayoga ; çweta muhurtta ; brahmâparwweśa ; kistughna ;
7. kâran.a wrs.abharaçi ; ‘irika diwaça sang mahâmantri mûlya ; ra-
8. kryan mapatih mpu mada ; sâks.at. pran.ala kta râsika de bhat.â-
9. ra sapta prabhu ; makâdi çri tribhuwanotungga dewi mahârâ
10. ja sajaya wis.n.u wârddhani ; potra-potrikâ de pâduka bha-
11. t.âra çri krtanagara jñaneçwara bajra nâmâbhis.aka sama-
12. ngkâna twĕk. rakryan mapatih jirṇnodhara ; makirtti caitya ri
13. mahâbrâhmân.a ; śewa sogata samâñjalu ri kamokta-
14. n pâduka bhaṭâra ; muwah sang mahâwṛddha mantri linâ ri dagan
15. bhat.âra ; doning caitya de rakryan. mapatih pangabhaktya-
16. nani santana pratisantana sang parama satya ri pâda dwaya bhat.â-
17. ra ; ‘ika ta kirtti rakryan mapatih ri yawadwipa maṇḍala /’
Terjemahan kedalam Bahasa Indonesia :
1. Pada tahun 1214 Saka (1292 Masehi) pada bulan Jyestha (Mei-Juni) ketika itulah
2. sang paduka yang sudah bersatu dengan Siwa Buddha.
3. Salam Sejahtera! Pada tahun Saka 1273 (1351 Masehi), bulan Waisaka
4. Pada hari pertama paruh terang bulan, pada hari Haryang, Pon, Rabu, wuku Tolu
5. Ketika sang bulan merupakan Dewa Utama di rumahnya & (bumi) berada di daerah barat laut.
6. Pada yoga Sobhana, pukul Sweta, di bawah Brahma pada karana
7. Kistugna, pada rasi Taurus. Ketika sang mahamantri yang mulia. Sang
8. Rakryan Mapatih Mpu (Gajah) Mada yang beliau seolah-olah menjadi perantara
9. Tujuh Raja seperti Sri Tribhuwanotunggadewi Mahara-
10. jasa Jaya Wisnuwarddhani, semua cucu-cucu Sri Paduka
11. Almarhum Sri Kertanegara yg juga memiliki nama penobatan Jñaneswara Bajra
12. Dan juga pada saat yg sama sang Rakryan Mapatih Jirnodhara yg membangun sebuah candi pemakaman (caitya) bagi kaum
13. Brahmana yg agung & juga para pemuja Siwa & Buddha yg sama-sama gugur
14. Bersama Sri Paduka Almarhum (Kertanagara) & juga bagi para Mantri senior yg juga gugur bersama-sama dengan
15. Sri Paduka Almarhum. Alasan dibangunnya candi pemakaman ini oleh sang Rakryan Mahapatih ialah supaya berbhaktilah
16. Para keturunan dan para pembantu dekat Sri Paduka Almarhum.
17. Maka inilah bangunan sang Rakryan Mapatih di bumi Jawadwipa.


sumber - Wilwatikta



5. Patung  Pradnya Paramita atau Prajnaparamita  sebagai perwujudan Kendedes
salah satu aspek sifat seorang bodhisattwa yang disebut paramita. Arti harafiahnya adalah "kesempurnaan dalam kebijaksanaan" dan merupakan salah satu dari enam atau sepuluh sifat transedental manusia
Arca perwujudan Prajnaparamita yang paling terkenal sekaligus terindah kini disimpan di Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
- sumber Wikipedia

Jenis : Arca Pendharmaan Raja
Nama : Prameswari KENDEDES sebagai PRADNYA PARAMITHA
Asal : Candi SINGOSARI, Malang – JAWA TIMUR
Era : Kerajaan SINGHASARI, abad ke-13
Material : Batu Andesit
Koleksi :
MUSEUM NASIONAL INDONESIA (Museum Gajah)
Jalan Medan Merdeka Barat no.12,

6. Petirtaan ( Pemandian) Watugede
Berlokasi di Desa Watugede , sebelah timur stasiun kereta Singosari
Konon, Petirtaan ini adalah para Puteri kerajaan, termasuk KenDedes








7.Arca Kertanegara sebagai Bhairawa  (1222-1292),
 tersimpan dimuseum Leiden Belanda
Ditemukan oleh Engelhard tahun 1827, disebelah selatan candi Singosari

8. Ganesha  duduk dengan 4 lengan 
tersimpan dimuseum Leiden Belanda. Dibawa oleh oleh Engelhard tahun 1827,
 ditemukan disebelah selatan candi Singosari



9. Patung batu banteng Nandi (1222-1292)
 tersimpan dimuseum Leiden Belanda. Dibawa oleh oleh Engelhard tahun 1827,
 ditemukan disebelah selatan candi Singosari




Berikut tulisan dari arkeolog : M. Dwi Cahyono :
     Pada satu sisi, ada ‘rasa bangga’ bahwa arca-arca Masa Singhasari (abad XIII M.) bergaya seni Phalla masuk dalam kategori ‘masterpice’ ikonografi Nusantara untuk Masa Hindu-Buddha — selain arca-arca bergaya seni serupa dari kerajaan Mataram era Sailendravamsa. Namun pada sisi lain, justru lantaran kwalitasnya atau kemasterpisannya itu, maka tak sedikit arca-arca Masa Singhasari asal Malangraya, utamanya dari Kawasan Purbakala Singosari, yang diboyong ke Batavia (Jakarta) — yaitu ke Museum Nasional, dan sebagian lainnya ke berbagai negara manca, utamanya ke Negeri Belanda. Diantaranya adalah arca batu andesit berbentuk Nandi..
     Salah satu arca Nandi berukuran besar, proposional, plastis dan amat artistik itu semenjak Masa Hindia-Belanda telah direlokasi ke Museum Nasional Jakarta. Ditempatkan di halaman berumput bagian tengah. Arca lembu jantan wahana Dewa Siwa ini terbilang raya. Dilengkapi dengan dua rangkaian klinthingan pada lehernya, pelana pada punggung beserta tali-tali pelananya yang ornamentik serta penghias bagian atas kepala.
      Sebuah lainnya, yang memiliki keserupaan dengannya, berada di Museum Leiden. Meski tidak seraya arca Nandi koleksi Museum Nasional Jakarta, namun arca Nandi di Museum Leiden tersebut juga amat artistik. Pada sejumlah hal keduanya perlihatkan keserupaan. Misalnya, sama-sama dilengkapi dengan rangkaian klinthingan — Nandi di Museum Leiden hanya dilengkapi satu rangkai klinthingan, pelana beserta tali pelananya. Menilik kerserupaannya itu, boleh jadi arca Nandi koleksi Museum Leiden juga berasal dari Masa Singhasari, bahkan ada kemungkinan konon berasal dari Kawasan Purbakala Singosari Kab. Malang.
04Kabupaten Malang yang merupakan tempat asalnya kini tidak lagi berketempatan. Sebuah di Jakarta, adapun sebuah lainnya di Negeri Belanda. Kendati kini Kab. Malang telah memiliki Museum Daerah sendiri, dan sejauh ini masih melompong dari benda koleksi, tapi tak mudah untuk dapat menarik keduanya guna dijadikan benda koleksi Museum Singhasari. Warga Malangraya jika bekeinginan melihatnya, dipersilahkan melihat foto-fotonya saja, atau bila berkemampuan finansial bisa melihatnya langsung ke Museum Nasional di Jakarta dan ke Museum Leiden di Negeri Belanda. Bagi Museum Singhasari, paling-paling yang bakal disarankan kepadanya adalah ‘silahkan membuat duplikatnya’.
     Ironis memang, justru daerah asal hanya bisa memiliki dupilkatnya.. Sementara benda aslinya malah berada di daerah atau di negara lain. Mustinya sebaliknya, benda asli dikembalikan ke daerah asal, dan museum-musium lain hanya menyajikan duplikatnya. Jika Pemkab Malang tak mampu membuat duplikatnya yang nyaris persis, yang tentu tidak murah biaya pembuatannya, maka warga Malangraya harus puas dengan ‘ngaplo (gigit jarii sambil bengong)’ atau hanya bepuas diri dengan melihat foto-fotonya saja. Namun, bila arca-arca bagus koleksi “museum penampung BCB daerah” tersebut berbondong-bondong ditarik kembali ke daerah-daerah asalnya, maka kondisi melompong benda koleksi bakal menimpai Museum Nasional Jakarta dan Museum Leiden, demikian juga dengan Museum Trowulan, Museum Propinsi — misal Museum Tantular, karena sebagian besar dari benda-benda koleksinya berasal dari daerah-daerah atau negara-negara lain.
      Sumonggo dicari dan ditemukan solusi bijaknya mengenai ‘siapa yang sesungguhnya berhak ketempatan artefak aslinya?’. Prinsipnya adalah bahwa artefak berbentuk Nandi yang amat aritistik itu adalah khasanah Budaya Nusantara, yang asalnya dari Kab. Malang. Salam budaya buat arca-arca Nandi tersebut. Kami (warga Malang) merindukan kepulanganmu sembari berseru lirih ‘Singasarijayati’.
Catatan: keinginan pengembalian tujuh buah prasasti Yupa juga dipetisikan oleh warga Muarakaman Kab. Kutaikartanegara, dengan menandatangani kain panjang. Artinya, keinginan demikian adalah asa warga dari daerah-daerah asal pusaka budaya bersangkutan.
PATEMBAYAN CITRALEKHA, 15 Oktober 2016.


  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar